Gigitan rayap pada manusia umumnya tidak menimbulkan rasa sakit yang signifikan, berbeda dengan gigitan serangga lain seperti semut atau lebah. Rayap biasanya tidak agresif terhadap manusia dan cenderung menghindari kontak langsung. Mereka lebih fokus pada mengonsumsi kayu dan bahan berbasis selulosa lainnya, bukan pada menyerang makhluk hidup. Namun, dalam beberapa situasi langka di mana rayap merasa terancam, mereka mungkin menggigit sebagai tindakan defensif.
Rayap pekerja memiliki rahang yang digunakan untuk menggigit dan mengunyah kayu, tetapi rahang ini tidak cukup kuat untuk menimbulkan gigitan yang menyakitkan pada manusia. Jika seseorang mengalami gigitan rayap, biasanya hanya akan terasa seperti sedikit tekanan atau sensasi yang hampir tidak terasa. Gigitan ini umumnya tidak akan meninggalkan bekas atau menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan.
Meskipun gigitan rayap tidak menyakitkan, ada beberapa spesies rayap yang memiliki tentara atau prajurit dengan rahang yang lebih besar dan kuat. Prajurit ini dirancang untuk melindungi koloni dari ancaman, termasuk dari serangan semut atau predator lainnya. Jika prajurit rayap menggigit, mungkin ada sedikit rasa sakit, tetapi masih jauh dari intensitas gigitan serangga lain yang lebih agresif. Namun, gigitan ini juga sangat jarang terjadi karena prajurit rayap biasanya hanya bertindak dalam pertahanan koloni mereka, bukan dalam konteks menyerang manusia.
Selain itu, rayap tidak menyuntikkan racun atau zat iritasi saat menggigit, yang membedakan mereka dari beberapa serangga lain seperti lebah atau semut api. Karena itu, gigitan rayap tidak akan menyebabkan reaksi alergi atau peradangan pada kulit. Dalam sebagian besar kasus, gigitan rayap tidak memerlukan perawatan medis, dan rasa tidak nyaman yang mungkin muncul biasanya hilang dengan cepat tanpa meninggalkan bekas.